Skizofreniformis (Gangguan Menyerupai Skizofrenia), Skizoafektif, Waham, dan Gangguan Psikotik Lainnya

I. Gangguan Skizofreniformis (Gangguan Menyerupai Skizofrenia)

  1. Definisi. Gejalanya sama dengan skizofrenia kecuali gejala ini bertahan paling tidak 1 bulan dan sembuh setelah 6 bulan dan kemudian kembali ke fungsi normal dasar.
  2. Epidemiologi. Tidak tersedia data; namun gangguan ini kurang dari separuh temuan populasi skizofrenia.
  3. Etiologi. Secara umum, pasien skizofreniformis memiliki gejala mood yang lebih baik dan prognosa yang lebih baik daripada pasien skizofrenia. Skizofrenia lebih sering terjadi pada keluarga pasien dengan gangguan mood daripada keluarga pasien dengan gangguan skizofreniformis. Penyebabnya masih belum diketahui.
  4. Diagnosa, tanda, dan gejala. Mula cepat gangguan psikotik dengan halusinasi, waham, atau keduanya. Lihat Tabel 9-1.
  5. Diagnosa banding. Serupa dengan skizofrenia. Singkirkan gangguan psikotik singkat, gangguan mood dengan ciri psikotik, dan gejala prodormal skizofrenia.
  6. Perjalanan penyakit dan prognosa. Prognosa baik antara lain tidak terjadi afek tumpul atau datar, fungsi premorbid yang baik, kebingungan dan disorientasi pada puncak peristiwa psikotik, durasi yang lebih pendek, mula akut, dan mula gejala psikotik yang menonjol dalam 4 minggu dari perubahan perilaku yang pertama kali diketahui. Kira-kira 50% pasien tidak sembuh dan berlanjut menjadi skizofrenia. Lainnya sembuh dan mengalami peristiwa rekurensi.
  7. Terapi. Pengobatan antipsikotik harus diberikan untuk terapi gejala psikotik. Dapat dipertimbangkan untuk memutuskan obat atau memodifikasi terapi jika psikosis sembuh dalam 6 bulan. Keputusan untuk menghentikan pengobatan berdasarkan respon masing-masing individu terhadap pengobatan, efek samping, dan faktor lainnya. Jika terjadi rekurensi maka dapat dicoba terapi lithium atau antikonvulsan, atau terapi pemeliharaan menggunakan antipsikotik. Psikoterapi penting untuk membantu pasien memahami danmengatasi pengalaman psikotiknya.

 

Table 9-1

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Schizophreniform Disorder

A.      Criteria A, D, and E of schizophrenia ere met

B.      An episode of the disorder (including prodormal, active, and residual phases) lasts at least 1 month but less rhan 6 months. (Whenthe diagnosis must be made without waiting for recovery. It should be qualified as “provisional”).

 

Specify if:

Without good prognostic features

With good progostic features: as evidenced by two (or more) of the following:

1.       onset of prominent psychotic symptoms within 4 weeks of teh first noticeable change in usual behavior or functioning

2.       confusion or perplexity at the heidht of teh psychotic episode

3.       good premorbid social and occupational functioning

4.       absence of blunted or flat affect

 

II. Gangguan Skizoafektif

  1. Definisi. Suatu gangguan dengan ciri menyerupai skizofrenia dan gangguan mood yang tidak dapat didiagnosa secara terpisah.
  2. Epidemiologi. Prevalensi nyata kurang dari 1%; jumlah kejadian sama pada pria dan wanita. Umumnya mula penyakit lebih lambat daripada skizofrenia atau gangguan mood.
  3. Etiologi. Dapat disalahdiagnosa pada beberapa pasien; mereka ternyata schizofrenik dengan gejala mood yang menonjol atau mengalami suatu gangguan mood dengan gejala psikotik yang menonjol. Prevalensi skizofrenia tidak meningkat pada keluarga pasien skizoafektif, namun prevalensi gangguan mood meningkat pada keluarga pasien ini.
  4. Diagnosa, tanda, dan gejala. Akan ditemukan tanda dan gejala skizofrenia disertai peristiwa mania atau depresi. Gangguan ini dibagi ke dalam dua tipe: (1) bipolar, jika terdapat siklus mania dan depresi, dan (2) depresif, bila gangguannya hanya peristiwa depresi mayor. Lihat Tabel 9-2.
  5. Diagnosa banding. Semua keadaan medis, psikiatrik, atau terkait pemakaian obat-obatan yang menyebabkan gejala psikotik atau mood harus dipertimbangkan.
  6. Perjalanan penyakit dan prognosa. Pronosis buruk bila dihubungkan dengan sejarah keluarga dengan skizofrenia, mula penyakit dini dan hilang-timbul tanpa faktor pemicu, sudah ada gejala psikotik sebelumnya, dan sejarah penyakit sebelumnya yang buruk: pasien skizoafektif memiliki prognosa yang lebih baik daripada pasien skizofrenia dan prognosis yang lebih buruk daripada pasien gangguan mood. Pasien skizoafektif lebih merespon lithium dan cenderung jarang mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dibandingkan pasien skizofrenia.
  7. Terapi. Terapi antidepresi atau antimania harus dikombinasikan dengan pengobatan antipsikotik untuk mengendalikan tanda dan gejala psikotik.

 

Table 9-2

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Schizoaffective Disorder

A.      An uninterrupted period of illness during witch, at some time, there is either a major depressive episode, a manic episode, or a mixed episode concurrent with symptoms that meet criterion A for schizophrenia.

Note: The major depressive episode must include criterion A1: depressed mood.

B.      During the same period of illness, there have been delusions or hallucinations for at least 2 weeks in the absence of prominent mood symptoms.

C.      Symptoms that meet criteria for a mood episode are present sor a substantialportion of the total duration of the active and residual periods of the illness.

D.      The disturbance is not due to the direct physiologic effects of a substance (e.g., a drug abuse, a medication) or a general medical condition.

 

Specify type:

Bipolar type: If the disturbance includes a manic or a mixed episode (or a manic or mixed episode and major depressive episodes)

Depressive type: If the disturbance only includes major depressive episodes

 

III. Gangguan Waham

  1. Definisi. Gangguan dimana manifestasi pokok atau satu-satunya adalah waham yang masih lazim terfiksasi dan tak dapat digoyahkan. Waham biasanya tentang situasi yang dapat terjadi dan dan mungkin terjadi di kehidupan nyata, seperti dikuntit, terinfeksi, atau dicintai dari jauh. Waham yang tidak lazim dianggap tidak mungkin, seperti dihamili mahluk asing dari planet lain.
  2. Epidemiologi. Lebih jarang daripada skizofrenia; lebih sering terjadi pada wanita daripada pria; kebanyakan kasus didiagnosa pada usai antara 40 dan 45 tahun, namun juga dapat terjadi pada dewasa muda. Lihat Tabel 9-3.
  3. Etiologi
    1. Genetik. Penelitian genetik menunjukkan gangguan waham bukanlah subtipe maupun tahap awal atau prodormal skizofrenia atau gangguan mood. Resiko skizofrenia atau gangguan mood tidak meningkat pada keluarga derajat pertama; akan tetapi terdapat sedikit peningkatan pemikiran waham, khususnya kecurigaan, pada keluarga pasien gangguan waham.
    2. Biologis. Pasien dapat menderita kelainan khas pada sistem limbik dan ganglia basalis.
    3. Psikososial. Gangguan waham terutama disebabkan permaslahan psikososial. Karakteristik latar belakang yang biasa ditemukan antara lain sejarah kekerasan fisik atau emosional; orang tua yang kejam, tidak konsisten, dan tidak dapat diandalkan; dan dibesarkan dalam suasana dimana terdapat tuntutan berlebihan atau perfeksionis. Kepercayaan mendasar (Erik Erickson) tidak berkembang, anak percaya lingkungannya selalu kejam dan berpotensi bahaya. Faktor psikososial lainnya antara lain sejarah ketulian, kebutaan, isolasi sosial dan kesepian, baru pindah atau perubahan lingkungan yang luar biasa dan mendadak, dan bertambahnya usia.
  4. Pemeriksaan laboratorium dan psikologis. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dapat memastikan diagnosa. Pemeriksaan proyeksi psikologis menunjukkan paranoid dan kebesaran dan permasalahan rendah diri, tidak mampu, dan kecemasan.
  5. Patofisiologi. Patofisiologi tidak deketahui kecuali bila pasien kelainan anaomis di sistem limbik atau ganglia basalis.
  6. Faktor psikodinamika. Pertahanan yang digunakan: (1) penyangkalan, (2) pembentukan reaksi, dan (3) proyeksi. Pertahanan utama adalah proyeksi – gejalanya adalah pertahanan terhadap pemikiran atau perasaan yang tidak dapat diterima. Pasien menyangkal perasaan malu, penghinaan, dan rendah diri; menolak perasaan apapun yang tidak dapat diterima terhadap musuhnya lewat pembentukan reaksi (rendah diri atau kebesaran); dan memproyeksikan perasaan apapun yang tidak dapat diterima terhadap yang lain.

 

Table 9-3

Gambaran Epidemiologis Gangguan Waham

Insidens                                                

Prevalens                                                              

Usia mula penyakit (jangkauan)    

Tipe mula penyakit

Perbandingan jenis kelamin

Prognosa

Ciri yang berhubungan

0,7-3,0

24-30

18-80 (rata-rata, 34-45 tahun)

Akut atau bertahap

Lebih sering terjadi pada wanita

Baik pada mula penyakit dini dan akut

Widowhood, celibacy often present, history of substance abuse, head injury not infrequent

 

  1. Diagnosa, tanda, dan gejala. Waham berlangsung minimal 1 bulan dan tersistemasi baik serta hal yang lazim jika dibandingkan dengan hal yang terfragmentasi dan tak lazim. Respon emosional pasien terhadap sistem waham sesuai dengan isi waham. Kepribadiam masih utuh atau sedikit terganggu. Kenyataan bahwa pasien seringkali hipersensitif dan sangat waspada walaupun kapasitas fungsi luhur mereka masih tinggi. Dalam keadaan yang tidak mengakibatkan stress, pasien dapat didiagnosa tidak memiliki gangguan jiwa. Lihat Tabel 9-4. terdapat beberapa subtipe gangguan waham:
    1. Tuduhan. Waham pasien dituduh oleh satu atau lebih orang jahat. Tipe yang paling sering ditemukan.
    2. Cemburu (juga disebut paranoia konjugal, kecemburuan patologis). Keyakinan yang salah bahwa pasangannya tidak setia. Mungkin berhubungan dengan kekerasan, termasuk membunuh.
    3. Erotomania. Pasien yakin bahwa seseorang, biasanya dari kalangan sosioekonomi lebih tinggi, jatuh cinta kepadanya. Lebih sering terjadi pada wanita. Menimbulkan perilaku suka menguntit.
    4. Somatik. Pasien yakin mederita suatu penyakit; waham biasanya tentang parasit, bau badan yang tidak mengenakkan, kelainan bagian tubuh (dismorfofobia), atau penyakit yang mematikan.
    5. Kebesaran. Orang tersebut percaya dirinya memiliki kekuatan luar biasa atau merupakan mahluk agung.
    6. Gangguan waham terbagi (folle Ă  deux). Dua orang memiliki waham yang sama. Terutama pada ibu dan anak perempuan. Lebih lanjut dibahas di bawah.

 

Table 9-4

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Schizoaffective Disorder

A.      Nonbizarre delusions (i.e., involving situations that occur in real life, such as being followed, poisoned, infected, loved at a distance, or deceived by spouse or lover, or having a disease) of at least 1 month’s duration.

B.      Criterion A for schizophrenia has never been met. Note: Tactile and olfactory hallucinations may be present in dilusional disorder if they are related to the delutional theme.

C.      Apart from the impact of the delusion (s) or its ramifications, functioning is not markedly impaired and behavior is not obviously odd or bizarre.

D.      If mood episodes have occured concurrently with delusions, their total duration has been brief relative to the duration of the delusional periods.

E.       The disturbance is not due to the direct physiologic effects of a substance (e.g., a drug of abuse, a medication) or a general medical condition.

 

Specify type (the following types are assigned based on the predominant delusional theme):

Erotomanic type: delusion that another person, usualy of higher status, is in love with the individual

Grandiose type: delusions of inflated worth, power, knowledge, identity, or special relationship to a deity or famous person

Jealous type: delusions that the individual’s sexual partner is unfaithful

Persecutory type: delusions that the person (or someone to whom the person is close) is being malevolently treated in some way

Somatic type: delusions that the person have some physical defect or general medical condition

Mixed type: delusions characteristic of more then one of the above types, but no one theme predominates

Unspecified type

 

  1. Diagnosa banding
    1. Gangguan psikotik akibat pengobatan medis waham. Keadaan yang menyerupai gangguan waham antara lain hipotiroidisme dan hipertiroidisme, penyakit Parkinson, multipel sklerosis, penyakit Alzheimer, tumor, dan trauma ganglia basalis. Banyak penyakit biasa dan penyakit neurologis yang hadir disertai waham (Tabel 9-5).lesi paling sering adalah ganglia basalis dan sistem limbik.
    2. Gangguan psikotik yang diinduksi zat dengan waham. Keracunan disertai sipatomimetik (misal amfetamin, ganja, atau levodopa [Larodopa]) cenderung mengakibatkan gejala waham.
    3. Ganggan kepribadian paranoid. Tidak ditemukan waham sejati, walaupun ditemukan pikiran penilaian berlebihan yang muncul menyerupai waham. Pasien dipredisposisikan mengalami gangguan waham.
    4. Skizofrenia paranoid. Cenderung muncul bersama dengan halusinasi pendengaran yang menonjol, kepribadian memburuk, dan terdapat gangguan yang jelas pada fungsi peran. Usia mula penyakit cenderung lebih muda pada skizofrenia daripada gangguan waham. Wham lebih tidak lazim.
    5. Gangguan depresi mayor. Pasien depresi dapat memiliki waham paranoid sekunder hingga gangguan depresi mayor, namun gangguan mood dan karakteristik terkait (misal gejala vegetatif, sejarah keluarga positif, respon terhadap antidepresan) sangat jelas.
    6. Ganggaun bipolar I. Pasien mania dapat memiliki waham kebesaran atau paranoid yang jelas sekunder dari gangguan mood primer dan jelas; berhubungan dengan keadaan seperti eforia dan mood labil, sejarah keluarga positif, dan respon terhadap lithium.

 

Table 9-5

Keadaan Neurologis atau Medis yang Dapat Muncul Disertai Waham

Gangguan ganglia basalis – penyakit  Parkinson, penyakit Huntington

Keadaan defisiensi – B12, folat, tiamin, niasin

Delirium

Demensia – penyakit Alzheimer, penyakit Pick

Diinduksi obat – amfetamin, antikolinergik, antidepresan, antihipertensi, obat anti tuberkolusis, obat anti Perkinson, simetidin, kokain, disulfiram (Antabuse), halusinogen

Endokrinopati – adrenal, tiroid, paratiroid

Gangguan sistem limbik – epilepsi, penyakit serebrovaskuler, tumor

Sistemik – ensefalopati hepatik, hiperkalsemia, hipoglikemia, porfiria, uremia

 

  1. Perjalanan penyakit dan prognosa. Gangguan cenderung dan tidak sembuh pada 30-50% pasien. Respon yang kurang memuaskan terhadap farmakoterapi dibandingkan pasien gejala waham yang berhubungandengan skizofrenia atau gangguan mood. Psikoterapi sulit dilakukan karena kurangnya rasa percaya. Prognosis baik berhubungan dengan fungsi premorbid, mula penyakit sebelum usia 30 tahun, mula penyakit tiba-tiba, dan ada faktor pemicu.
  2. Terapi. Biasaya pasien tidak mengikuti terapi secara sukarela; biasanya mereka dibawa oleh teman atau keluarga. Sulit membuat laporan; pasien tidak bersahabat karena dimotivasi rasa takut. Psikoterapi yang berhasil memungkinkan pasien meningkatkan adaptasi sosial walaupun waham menetap.
    1. Rawat inap. Rawat inap diperlukan bila pasien tidak mampu mengendalikan dorongan membunuh atau bunuh diri; apabila gangguan ekstrim (misalnya menolak makan karena waham akan diracuni); atau apabila ada indikasi tindakan medis.
    2. Psikofarmakoterapi. Pasien cenderung menilak pengobatan karena curiga. Pasien yang sangat terganggumembutuhkan pengobatan antipsikotik intramuskular. Selain itu dapat dicoba antipsikotik oral. Gangguan waham mungkin responsif terhadap pimozide (Orap). Pasien waham cenderung bereaksi terhadap efek samping obat dengan pemikiran waham; karenanya, peningkatan dosis bertahap dianjurkan untuk mengurangi kecenderungan efek samping yang mengganggu. Antidepresan dapat digunakan pada depresi berat. Inhibitor reuptake serotonin selektif dapat berguna bagi tipe somatik.

 

PETUNJUK KLINIS: Psikoterapi

·         Jangan mendebat atau menentang waham pasien. Waham semakin berakar jika pasien merasa perlu mempertahankan wahamnya.

·         Jangan berpura-pura waham tersebut benar. Akan tetapi dengarkan kebutuhan pasien tentang wahamnya dan coba untuk memahami apa arti waham, khususnya yang berhubungan dengan kepercayaan diri pasien.

·         Berikan respon simpatik kenyataan bahwa waham mengganggu kehidupan pasien.

·         Pahami bahwa sistem waham dapat menjadi upaya merengkuh perasaan malu dan tidak mampu, dan pasien dapat menjadi sangat sensitif terhadap imajinasi.

·         Jujur dan terbuka terhadap segala permasalahan pasien, karena pasien ini sangan waspada takut ditipu. Jelaskan efek samping dari pengobatan dan alasan memberikan resep (misal untuk mengatasi kecemasan, mudah terganggu, insomnian anoreksia); selalu tepat waktu dan dapat diandalkan terhadap jadwal pertemuan atau perjanjian.

·         Periksa apa yang memicu waham pertama kali. Stress atau pengalaman serupa dalam kehidupan pasien dapat memicu kembali gejala waham. Bantu pasien mengembangkan upaya alternatif untuk merespon keadaan yang menimbulkan stress.

 

IV. Gangguan Psikotik Singkat

A.      Definisi. Sindrom psikotik akut dan tidak menetap dimana gejala berlangsung kurang dari 1 bulan dan muncul setelah sterss berat pada hidup pasien.

B.      Epidemiologi. Tidak terdapat data pasti. Lebih sering terjadi pada orang dengan gangguan pribadi yang sudah ada atau baru saja mengalami stress berat, seperti bencana atau perubahan budaya yang dramatis. Mula penyakit biasanya usia 10 dan 35 tahun dengan insidens sedikit lebih tinggi pada wanita.

 

Table 9-6

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Schizoaffective Disorder

A.      Presence of one (or more) of the following symptoms:

1.       delusions

2.       hallucinations

3.       disorganized speech (e.g., frequent derailment or incoherence)

Note: Do not include a symptom if it is a culturally sanctioned response pattern.

B.      Duration of an episode of the disturbance is at least 1 day but less than 1 month, with eventual full return to premorbid level of functioning.

C.      The disturbance is not better accounted for by a mood disorder with psychotic features, schizoaffective disorder, or schizophrenia and is not due to the direct physiologic effects of a substance (e.g., a drug abuse, a medication) or a general medical condition.

 

Specify if:

With marked stressor(s) (brief reactive psychosis): If symptoms occur shortly after and apparently in response to events that, singly or together, would be markedly stressful to almost anyone in similar circumstances in the person’s culture

Without marked stressor(s): If psychotic symptoms do not occur shortly after and apparently in response to events that, singly or together, would be markedly stressful to almost anyone in similar circumstances in the person’s culture

With postpartum onset: If onset within 4 weeks postpartum

 

C.      Etiologi. Gangguan mood biasa ditemukan pada keluarga pasien gangguan psikotik singkat. Stress psikososial memicu peristiwa psikotik. Psikosis dipahami sebagai respon defensif pada orang dengan mekanisme penanganan masalah yang tidak adekuat.

D.      Diagnosa, tanda, dan gejala. Serupa dengan gangguan gangguan psikotik lainnya disertai peningkatan ketidakstabilan emosional, perilaku yang aneh atau tidak lazim, kebingungan, disorientasi, dan mood labil mulai dari eforia hingga keinginan bunuh diri. Lihat Tabel 9-6.

E.       Diagnosa banding. Penyebab medis harus disingkirkan – khususnya keracunan dan putus obat. Gangguan konvulsi harus dipertimbangkan. Gangguan kenyataan, kemalasan, gangguan mood, dan peristiwa psikotik tidak menetap berhubungan dengan kepribadian ambang dan skizotipal harus disingkirkan.

F.       Perjalanan penyakit dan prognosa. Berdasarkan definisnya perjalanan penyakit kurang dari 1 bulan. Kesembuhan mencapai 80% dengan terapi. Lihat Tabel 9-7.

G.     Terapi. Rawat inap jangka pendek mungkin diperlukan, pengobatan antipsikotik mungkin tidak diperlukan karena gangguan ini biasanya cepat sembuh dengan sendirinya. Jika diperlukan pengobatan, gunakan dosis serendah mungkin dan segera hentikan bila mungkin. Psikoterapi sangat penting untuk menentukan sifat dan pengaruh stress sosial tertentu yang memicu peristiwa psikotik. Pasien harus membangun kemampuan adaptif yang lebih baik dan tidak merusak dalam mengatasi stress.

 

Table 9-7

Gambaran Prognosa Baik pada Gangguan Psikotik Singkat

Penyesuaian premorbid yang baik

Jejak skizoid premorbid sedikit

Stress pemicu berat

Mula gejala yang tiba-tiba

Gejala afektif

Kebingungan pada waktu psikosis

Afek sedikit tumpul

Durasi gejala yang singkat

Tidak ada keluarga yang menderita skizofrenia

 

V. Gangguan Psikotik Terbagi

  1. Definisi. Sistem waham yang dirasakan bersama oleh dua orenag atau lebih; sebelumnya disebut gangguan paranoia terinduksi atau folie Ă  deux.
  2. Epidemiologi. Gangguan ini jarang terjadi: lebih sering ditemukan pada wanita atau orang dengan cacat fisik yang membuat mereka tergantung pada orang lain. Anggota keluarga, biasanya dua saudara peremapuan, merupakan bagian dari 95% kasus.
  3. Etiologi. Penyebebnya terutama psikologis; akan tetapi, pengaruh genetik juga mungkin karena gangguan ini mempengaruhi anggota keluarga yang sama.keluarga dari orang dengan gangguan ini beresiko menderita skizofrenia. Faktor psikologis dan psikososial antara lain hubungan yang terisolasi secara sosial dimana seseorang sangat tergantung  pada orang lain yang menderita gangguan psikotik.
  4. Faktor psikodinamika. Orang psikotik yang dominan mempertahankan semacam kontak dengan kenyataan lewat orang yang diampunya, sementara orang yang diampu sangat membutuhkan perhatian dan penermaan orang yang dominan tadi. Keduanya biasanya memiliki hubungan yang kuat namun tidak pasti.
  5. Diagnosa, tanda, dan gejala. Waham dituduh sering ditemukan, tanda kunci utama adalah pembagian dan penerimaan buta waham ini antara dua orang. Kesepakatan untuk bunuh diri atau membunuh sering terjadi. Lihat Tabel 9-8.
  6. Diagnosa banding. Singkirkan gangguan kepribadian, kemalasan, dan gangguan kenyataan pada pasien yang diampu. Penyebabmedis harus dipertimbangkan.
  7. Perjalanan penyakit dan prognosa. Angka pulih beragam; 10-40%. Biasanya pasien yang diampu dipisahkan dari pasien dominan yang menderita psikotik, dengan hasil ideal penurunan cepat gejala psikotik. Jika gejala tidak sembuh, orang yang diampu mungkin masuk kriteria gangguan psikotik lainnya, seperti skizofrenia atau gangguan waham.
  8. Terapi. Pisahkan orang tersebut dan bantu orang yang diampu, rekan dependen mengembangkan sarana penunjang lain untuk mengkompensasi kehilangan hubungan. Pengobatan antispikotik berguan bagi keduanya.

 

Table 9-8

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Shared Psychotic Disorder

A.      A delusion develops in an individual in the context of a close relationship with another person(s), who has an already-established delusion.

B.      The delusion is similar in content to that of the person who already has the established delusion.

C.      The disturbance is not better accounted for by another psychotic disorder (e.g., schizophrenia) or a mood disorder with psychotic features and is not due to the direct psychologic efects of a substance (e.g., a drug abuse, am medication) or a general medical condition.

 

VI. Psikosis Pasca Melahirkan

  1. Definisi. Sindrom yang muncul setelah melahirkan yang ditandai depresi berat dan waham. Kebanyakan data menunjukkan hubungan yang erat antara psikosis pasca melahirkan dengan gangguan mood.
  2. Epidemiologi. Terjadi pada satu atau dua kasus per 10.000 persalinan. Kebanyakn peristiwa terjadi pada primipara.
  3. Etiologi. Biasanya sekunder dari penyakit jiwa (misal skizofrenia, gangguan bipolar).

1.       Perubahan kadar hormonal tiba-tiba setelah persalinan.

2.       Konflik psikodinamika tentang menjadi ibu – kehamilan yang tidak diinginkan, terjebak dalam perkawinan yang tidak bahagia, takut menjadi ibu.

  1. Diagnosa, tanda, dan gejala. Kebanyakan kasus terjadi 2-3 hari setelah melahirkan. Keluhan utama insomnia, tidak bisa beristirahat, dan emosi labil yang berkembang menjadi kebingungan, irasionalitas, waham, dan obsesif terhadap bayi. Ciri khas adalah keinginan untuk menyakiti bayi atau diri sendiri.
  2. Diagnosa banding
    1. Sendu pasca melahirkan. Kebanyakan wanita mengalami labilitas emosional pasca melahirkan. Sembuh spontan. Tidak ditemukan pikiran psikotik.
    2. Gangguan mood dipicu zat. Depresi yang berhubungan dengan keadaan pasca anestesi sperti setelah seksio sesaria atau penggunaan meperidine (Demerol) – analgesik skopolamin (tidur senja).
    3. Gangguan psikotik disebabkan keadaan medis umum. Singkirkan infeksi, ketidakseimbangan hormonal (misal hipotiroidisme), ensefalopati yang berhubungan dengan toksemia kehamilan, dan preeklamsia.
  3. Perjalanan penyakit dan prognosa. Resiko infantisida, bunuh diri, atau keduanya tingi pada kasus yang tidak diterapi. Dukungan keluarga, kepribadian premorbid yang baik, dan terapi yang sesuai dihubungkan dengan prognoa yang baik.
  4. Terapi. Waspada bunuh diri bila terdapat keinginan bunuh diri. Jangan tinggalkan bayi sendirian dengan ibunya jika ia mengalami waham atau pikiran tentang kesehatan bayinya.

1.       Farmakologis. Pengobatan gejala primer: antidepresan untuk pikiran bunuh diri dan depresi: pengobatan antiansietas untuk kegelisahan, insomnia (misal, 0,5 mg lorazepam [Ativan] setiap 4-6 jam) lithium untuk perilaku mania; pengobatan antipsikotik untuk waham (misal o,5 mg haloperidol setiap 6 jam). Karena pasien jarang meyusui, faktor efek obat dari ibu terhadap bayi tidak dipertimbangkan.

2.       Psikologis. Psikoterapi indivisu dan terapi ibu untuk mengatasi konflik intrapsikis atau interpersonal. Pertimbangkan memulangkan ibu dan bayinya hanya jika telah dilakukan persipan terlebih dahulu oleh keluarga di rumah untuk menyingkirkan stress dan merawat bayinya.

 

PETUNJUK KLINIS:

Resiko infantisida masih tinggi bahkan walaupun perawat ada di rumah. Pengawasan yang cermat interaksi ibu dan bayinya dapat memberikan petunjuk penting perasaan tidak bersahabat atau mencintai.

 

VII. Gangguan Psikotik yang Tidak Dapat Dispesifikasi

  1. Definisi. Pasien yang gambaran psikotiknya tidak sesuai dengan kriteria diagnostik gangguan psikotik yang sudah ada; juga disebut psikosis atipikal.
  2. Diagnosa, tanda, dan gejala. Ketegori diagnosanya antara lain gangguan yang muncul bersama berbagai macam gamabaran psikotik (misal waham, halusinasi, hilangnya kemampuan esosiasi, perilaku katatonik) namun tidak dapat digolongkan dalam gangguan tertentu. Gangguan ini antara lain psikosis pasca melahirkan atau sindrom eksotik (misal sindrom yang berhubungan dengan kebudayaan). Lihat tabel 9-9.
    1. Psikosis autoskopik. Psikosis halusinasi yang jarang diaman pasien melihat hantu atau bayangan tubuhnya sendiri. Biasanya psikogenik, namun dapat juga dipertimbangkan lesi lobus temporal. Responsif terhadap dorongan dan pengobatan antipsikotik.
    2. Sindrom Capgras. Waham bahwa orang-orang dalam lingkungan bukanlah dirinya yang sebenarnya merupakan imitasi dari pasien atau orang lain. Dapat merupakan bagian dari skizofrenia atau disfungsi serebral. Terapi dengan pengobatan anti psikosis. Psikoterapi berguna untuk memahami penyebab dabn jalannya keyakinan waham (misal ketidakpercayaan terhadap orang tertentu di lingkungannya).
    3. Sindrom Cotard. Waham nihilisme (misal tidak ada hal yang nyata, tubuh tercerai berai, dunia berakhir). Biasanya tampak sebagai bagian dari skizofrena atau gangguan bipolar berat. Dapat juga tanda awal penyakit Alzheimer. Responsif terhadap pengobatan antipsikotik atau antidepresan.

 

VIII. Sindrom yang Berhubungan dengan Kebudayaan

Lihat Tabel 9-10.

 

Table 9-9

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Psychotic Disorder not Otherwise Specifed.

This category includes psychotic symptomatology (i.e, delusions, hallucinations, disorganized speech, grossly disorganized or catatonic behaviour) about which there is inadequate information to make a spesific diagnosis or about which there is contradictory information, or disorder with psychotic symptoms thatdo not meet the criteria for any spesific psychotic disorder

Example include:

  1. Postpartum psychosis that does not meet criteria for mood disorder with psychotic features, brief psychotic disorder, psychotic disorder due to general medical condition, or substance-induced psychotic disorder.
  2. Psychotic symptoms that have lasted for less than 1 month but that have not yet remittted, so that the criteria for brief psychotic disorder are not met.
  3. Persistent auditory hallucinationa in the absence of any other features
  4. Persistent nonbizane delusions with periods overlapping mood episodes that have been present for a substantial portion of the delusional disturbance.
  5. Situations in which the clinician has concluded that a psychotic disorder is present, but is unable to determine whether it is primary, due to a general medical condition, or a substance induced.

 

 Table 9-10

Contoh Sindrom yang Berhubungan dengan Kebudayaan

Amok. Suatu peristiwa gangguan disosiatif yang ditandai keadaan gusar diikuti ledakan kemarahan, perilakua agresif tau keinginan membunuh yang ditujukan pada seseorang atau obyek. Peristiwa tersebut cenderung dipicu oleh ejekan atau penghinaan yang biasa terjadi antar lelaki. Peristiwa ini seringkali diikuti pikiran dituduh, automatisme, amnesia, kelelahan, atau kambuhnya penyakit lama setelah peristiwa tersebut. Beberapa kejadian amok dapat muncul dalam bentuk peristiwa psikotik singkat atau memicu mula peristiwa psikotik kronik. Laporan pertama kali yang menggunakan istilah ini berasal dari Malaysia. Perilaku yang serupa ditemukan di Laos, Filipina, Polinesia (Cafard atau cathard), Papua Nugini, dan Puerto Rico (mal de pelea) dan diantara indian Navaho (iich’aa).

Ataque de nervios. Suatu istilah gangguan kejiwaan yang dilaporkan terjadi pada orang-orang Latin dari Karibia, namun juga ditemukan pada kelompok orang Amerika Latin dan Latin Mediterania. Gejala yang biasa dilaporkan antara lain berteriak-teriak tidak terkendali, menyerang atau menangis, gemetar, panas di dada yang naik ke kepala, dan agresi dalam bentuk kata-kata atau serangan fisik. Pengalaman disosiatif, serangan kejang atau pingsan, dan gejala ingin bunuh diri ditemukan pada beberapa peristiwa namun tidak ditemukan pada sebagian peristiwa yang lain. Ciri umum dari ataque de nervios adalah perasaan tidak mampu mengendalikan diri. Ataque de nervios seringkali muncul sebagai akibat langsung peristiwa yang menimbulkan stress berat yang berhubungan dengan keluarga (misal, kematian kerabat dekat, perpisahan atau perceraian dengan pasangan, konflik dengan pasanagn atau anak, atau menyaksikan kecelakaan yang melibatkan anggota keluarga). Orang tersebut dapat mengalami amnesia tentang hal yang terjadi selama serangan ataque de nervios, namun mereka segera kembali ke funsi normalnya. Walaupun beberapa gambaran ataque de nervios serupa dengan gambaran DSM-IV serangan panik hubungan antara ataque de nervios dengan peristiwa pemicu dan tidak adanya gejala pokok ketakutan akut atau kecemasan yang membedakan dengan gangguan panik. Serangan ataque de nervios menjangkau ekspresi ketegangan yang tidak berhubungan dengan gangguan mental hingga presentasi gejala yang berhubungan dengan gangguan kecemasan, gangguan mood, gangguan disosiatif, atau gangguan somatoform.

Bills dan colera (juga disebut muina). Penyebabnya diduga kemarahan atau kegusaran yang amat kuat. Kemarahan tampak pada banyak kelompok masyarakat Latino khususnya emosi kuat yang berpengaruh langsung pada tubuh dan  memicu munculnya gejala. Efek utamanya adalah gangguan terhadap keseimbangan inti tubuh (yang dipahami sebagai keseimbangan antara sifat panas dan dingin dalam tubuh dan antara aspek material dan spiritual tubuh). Gejalanya antara lain ketegangan saraf akut, sakit kepala, gemetar, berteriak-teriak, gangguan pencernaan, dan pada kasus yang berat terjadi kehilangan kesadaran. Kelelahan kronis dapat timbul pada peristiwa akut.

Bouffée déliriente. Suatu sindrom yang ditemukan di Afrika Barat dan Haiti. Istilah Perancis tersebut merujuk pada ledakan tiba-tiba kegusaran dan perilaku agresif, kebingungan, dan rangsangan psikomotor. Kadangkala disertai halusinasi visual atau pendengaran atau pikiran paranoid. Peristiwa ini menyerupai gangguan psikotik singkat.

Lelah otak. Istilah yang biasa digunakan di Afrika Baratmerujuk pada keadaan yang dialami oleh siswa sekolah menengah atas atau mahasiswa sebagai akibat kesulitan di sekolah. Gejala ini termasuk kesulitan berkonsentrasi, mengingat, dan berpikir. Siswa seringkali menyatakan otak mereka “lelah”. Gejala somatik tambahan biasanya berpusat di sekitar kepala dan leher antara lain nyeri, tekanan atau ketegangan, pandangan kabur, perasaan terbakar. “Lelah otak” atau lelah karena “terlalu banyak berpikir” adalah istilah untuk stress yang ditemukan di banyak kebudayaan, dan sindrom yang muncul dapat menyerupai gangguan kecemasan, depresif, dan somatoform tertentu.

Dhat. Istilah diagnosa yang digunakan di India yang merujuk pada kecemasan berat dan hipokondriasis yang berhubungan dengan keluarnya semen, aor kencing berwarna keputihan, dan perasaan lemah dan lelah. Serupa dengan jiryan (India), sukra pameha (Sri Lanka, dan k’uoi (Cina).

Jatuh atau pingsan. Peristiwa yang terutama terjadi di kelompok masyarakat Amerika Serikat bagian selatan dan Karibia. Ditandai pingsan tiba-tiba, kadang-kadang muncul tanpa peringatan, namun kadangkala didahului perasaan pusing atau “berenang-renang” di kepala. Mata orang yang mengalami serangan ini biasanya terbuka, namun orang tersebut mengatakan tidak mampu melihat. Orang yang mendapat serangan biasanya mendengar dan memahami kejadian di sekitarnya namun merasa tidak mampu bergerak. Hal ini mungkin berhubungan dengan diagnosa gangguan konversi atau gangguan disosiatif.

Sakit hantu. Obsesi yang berhubungan dengan kematian dan orang mati (sering dihubungkan dengan sihir), sering ditemukan diantara kebanyakan suku Indian Amerika. Beberapa gejala dapat dihubungkan dengan mimpi buruk, kelemahan, perasaan terancam, hilang nafsu makan, pingsan, pusing, ketakutan, kecemasan, halusinasi, hilang kesadaran, kebingungan, perasaan hampa, dan perasaan tercekik.

Hwa-byung (juga dikenal dengan wool-hwa-byung). Suatu sindrom masyarakat Korea yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai “sindrom kemarahan” dan disebabkan oleh penekana terhadap kemarahan. Gejalanya antara lain insomnia, kelelahan, panik, takut datangnya kematian, perasaan kacau, gangguan pencernaan, anoreksia, sesak napas, jantung berdebar-debar, nyeri umum, dan perasaan ada massa di epigastrium.

Koro. Suatu istilah yang mungkin berasal dari Malaysia yang merujuk pada peristiwa kecemasan yang tiba-tiba dan intens dimana penis (atau vulva dan puting pada wanita), akan mesuk ke dalam tubuh dan mungkin meyebabkan kematian. Sindrom ini dilaporkan terjadi di Asia Selatan dan Timur, dimana di sana dikenal dengan istilah shuk yang, shook yang (Cina); jinjinia bernar (Assam); atau rook-joo (Thailand). Kadang juga ditemukan di Barat. Saat ini koro merupakan epidemi lokas di kawasan Asia Timur. Diagnosa ini sudah dimasukkan di Chinese Classification of Mental Disorders edisi kedua (CCMD-2).

Latah. Hipersensitivitas terhadap ketakutan yang tiba-tiba, seringkali disertai echoprksia, echolalia, patuh pada perintah, dan perilaku disosiatif atau seperti trans. Istilah latah berasal dari Malaysia atau Indonesia, namun sindrom inin juga ditemukan di banyak tempat lainnya di dunia. Istilah lain untuk keadaan ini adalah amurakh, irkunil, ikota, alan, miriachit, dan menkeiti (kelompok masyarakat Siberia); bah tschi, bah-tsi, baah-ji (Thailand); imu (Ainu, Sakhalin, Jepang; dan mali-mali serta silok (Filipina). Di Malaysia hal ini sering ditemukan pada wanita paruh baya.

Locura. Istilah yang digunakan masyarakat Latin di Amerika Serikat dan Amerika Latin yang merujuk pada bentuk psikosis kronis. Keadaan ini disebabkan oleh kerapuhan yang diturunkan, hingga pengaruh dari kesulitan hidup, atau kombinasi keduanya. Gejala yang ditunjukkan orang locura antara lain inkoherensi(tidak nyambung), agitasi, halusinasi visual dan pendengaran, tidak mampu mengikuti aturan sosial atau interaksi sosial, tida dapat ditebak, dan mungkin kekerasan.

Mal de ojo. Suatu konsep yang secara luas ditemukan di kebudayaan Mediterania dan tempat lainnya di dunia. Mal de ojo adalah istilah dalam bahasa Spanyol yang jika diterjemahkan berarti “mata setan”. Anak-anak biasanya memiliki resiko yang lebih besar. Gejalanya antara lain tidur terganggu, menangis tanpa sebab yang jelas, diare, muntah, dan demam pada anak atau bayi. Kadangkala terjadi pada orang dewasa (khususnya wanita).

Nervios. Istilah yang biasa digunkan untuk sterss pada masyarakat Latin di Amerika Serikat dan Amerika Latin. Sejumlah kelompok etnis lainnya juga memiliki pemiriran tentang saraf yang serupa atau sedikit berbeda (misalnya nerva yang dikenal oleh masyarakat Yunani di Amerika Utara). Nervios merujuk pada kelemahan terhadap pengalaman hidup yang menimbulkan stress dan sindrom yang muncul akibat permasalahan hidup. Istilah nervios termasuk gejala-gejala stress emosional, gangguan somatik, dan gangguan fungsional. Gejala yang bias ditemukan antara lain sakit kepala, mudah teriritasi, gangguan pencernaan, sulit tidur, kecemasan, mudah mengeluarkan air mata, sulit berkonsentrasi, gemetar, perasaan geli, dan mareos (pusing kadang-kadang seperti vertigo). Nervios cenderung menjadi permasalahan yang terus berlangsung walaupun derajat manifestasinya bervariasi. Nervios adalah sindrom yang sangat luas muali dari pasien bebas dari gangguan kejiwaan hingga munculnya gangguan penyesuaian, kecemasan, depresi, disosiasi, somatoform, dan psikotik. Diagnosa banding tergantung pada jenis gejala yang dialami, kejadian sosial yang berhubungan dengan mula penyakit dan perkembnagan nervios, dan tingkatan disabilitas yang dialami.

Piblokto. Peristiwa disosiatif yang muncul tiba-tiba disertai eforia berlebihan selama kurang lebih 30 menit dan diikuti serangan kejang dan koma hingga 12 jam. Terutama ditemukan pada masyarakat Eskimu Kutub Utara dan sub Kutub, walaupun juga ada istilah lainnya dalam bahasa daerah. Orang tersebut mungkin menarik diri atau sedikit teriritasi selama beberapa jam hingga hari sebelum serangan dan tidak ingat sama sekali kejadian pada waktu serangan. Pada waktu serangan orang tersebut mungkin merobek-robek pakaian, merusak perabotan, berteriak-teriak, makan tinja, kabur dari perlindungan, atau melakukan tindakan yang tidak rasional atau berbahaya.

Reaksi psikotik Qi-gong. Peristiwa akut dengan waktu tertentu yang ditandai gejala disosiatif, paranoid, atau gejala psikotik atau non psikotik lainya yang muncul setelah mempraktekkan suatu praktek untuk meningkatkan kesehatan yang ada di masyarakat cina yang disebut qi-gong (latihan energi vital). Yang rentan terutama orang yang sangat terlibat dalam praktek ini. Diagnosa ini dimasukkan dalam CCMD-2.

Rootwork. Serangkaian interpretasi kultural yang digambarkan sebagai penyakit akibat teluh, sihir, tenung, atau pengaruh iblis dari orang lain. Gejalanya antara lain kecemasan dan keluhan pencernaan (misal mual, muntah, diare), kelemahan, pusing, takut diracuni, dan kadangkala takut dibunuh (kematian karena voodoo). Akar, mantra, atau teluh dapat diberikan pada orang lain, menyebabkan berbagai macam permasalahan emosional dan psikologis. Orang yang diteluh dapat merasakan ketakutan akan kematian sampai teluh diangkat (dibuang), biasanya melalui seorang dukun (penyembuh tradisional), yang juga dapat dipanggil untuk menenung musuh. Rootwork dapat ditemukan di Amerika Serikat bagian selatan pada masyarakat keturunan Afrika atau Eropa dan masyarakat Karibia. Dalam masyarakat Latin juga disebut puesto atau brujeria.

Sangue dormido (“darah tidur”). Sindrom yang ditemukan pada masyarakat Pertugis di Kepulauan Tanjung Verde (dan imigrannya di Amerika Serikat). Gejalanya antara lain nyeri, hilang rasa, tremor, kelumpuhan, kejang, stroke, kebutaan, serangan jantung, infeksi dan keguguran.

Shenjing shuariuo (“neuroasthenia”). Di cina, keadaan ini ditandai kelelahan fisik dan mental, pusing, sakit kepala, nyeri lain, kesulitan berkonsentrasi, gangguan tidur, dan kehilangan memori. Gejala lainnya antara lain permasalahan pencernaan, disfungsi seksual, mudah teriritasi, eforia, dangejala lainnya yang menunjukkan terganggunya sistem saraf otonom. Pada kebanyakan kasus, gejalanya masuk ke dalam DSM-IV untuk gangguan mood atau kecemasan. Diagnosa tersebut juga terdapat di CCMD-2.

Shen-k’uel (Taiwan), shenkul (Cina). Istilah masyarakat cina yang menggambarkan kecemasan atau gangguan panik disertai keluhan smatik tanpa ditemukan penyebab fisik. Gejalanya antara lain pusing, nyeri punggung, kelelahan, kelemahan, insomnia, sering mimpi, dan keluhan disfungsi seksual, seperti ejakulasi prematur dan impotensi. Gejalanya disebabkan keluarnya semen berlebihan karena hubungan seksual yang berlebihan, masturbasi, mimpi basah, atau kencing berwarna putih yang dipercaya mengandung semen. Keluarnya semen berlebihan ini ditakuti karena keyakinan semen mewakili intisari vital seseorang sehingga dapat mengancam nyawa.

Shin-byung. Istilah masyarakat Korea untuk sindrom dimana fase awalnya ditandai kecemasan dan keluhan somatik (kelemahan, pusing, ketakutan, anoreksia, insomnia, keluhan pencernaan), dengan diikuti disosiasi dan kerasukan roh leluhur.

Mantra. Keadaan trans dimana seseorang “berkomunikasi” dengan orang yang sudah meninggal atau roh halus. Pada waktu peristiwa keadaan tersebut berhubungan dengan periode singkat perubahan kepribadian. Sindrom khas kebudayaan ini tamap pada masyarakat Amerika keturunan Afrika atau Eropa dari Amerika Serikat bagian selatan. Mantra tidak dianggap sebagai peristiwa medis dalam bentuk tradisi rakyat namun dapat disalahartikan sebagai peristiwa psikotk dalam keadaan klinis.

Susto (“jiwa hilang”). Penyakit yang dikenal di masyarakat Latin Amerika Serikat dan di Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Susto juga dikenal sebagai espanto, pasmo, tripa ida, perdida del alma, atau chibih. Susto adalah suatu penyakit yang disebabkan kejadian yang menakutkan sehingga jiwa meninggalkan tubuh dan mengakibatkan perasaan tidak senag dan sakit. Seseorang dengan susto juga mengalami masalah dalam peranan sosialnya. Gejala dapat muncul kapanpun, hari hingga tahun, setelah ketakutan dialami. Diyakini dalam keadaan ekstrim, susto dapat menyebabkan kematian. Gejala khasnya antara lain selera makan terganggu, tidur yang tidak adekuat atau berlebihan, kesulitan tidur atau bermimpi, perasaan sedih, kurang bersemangat untuk melakukan apapun, dan perasaan rendah diri atau kotor. Gejala somatik yang menyertai susto antara lain neyri otot, sakit kepala, sakit perut, dan diare. Penyembuhan ritual berfokus pada pemanggilan jiwa kembali ke tubuhnya dan membersihkan orang tersebut sehingga dapat dicapai kembali keseimbangan tubuh dan jiwa. Pengalaman susto yang berbeda dapat berhubungan dengan gangguan depresi mayor, gangguan stress pasca trauma, dan gangguan somatoform. Etiologi keyakinan dan bentuk gejala yang serupa ditemukan di banyak tempat lain di duinia.

Taijin kyofu sho. Suatu bentuk fobia di Jepang yang menyerupai fobia sosial di DSM-IV. Sindrom ini merujuk pada ketakutan yang intens bahwa tubuh seseorang, bagian-bagian atau fungsinya, tidak sesuai, memalukan, atau menyinggung orang lain dari segi penampilan, bau, ekspresi wajah, atau gerakan. Sindrom ini terdapat dalam sistem diagnosa gangguan jiwa Jepang.

Zar. Istilah umum yang digunakan di Ethiopia, Somalia, Mesir, Sudan, Iran, dan Mayarakat Afrika Utara dan Timur Tengah tentang pengalaman seseorang kerasukan roh. Seseorang yang kerasukan roh dapat mengalami peristiwa disosiatif antara lain berteriak-teriak, terbahak-bahak, menghantamkan kepala ke dinding, bernyanyi atau menangis. Mereka dapat menunjukkan apati atau menarik diri, menolak untuk makan atau menjalankan aktivitas sehari-hari atau menjalin hubungan jangka panjang dengan roh yang merasukinya. Di daerah tersebut keadaan ini tidak dianggap sebagai keadaan patologis.

 

 

Comments

Popular posts from this blog

MEKANISME PROSES DASAR GINJAL

Sleep and you ( Secrets of sleep )

The Basic Geriatric Respiratory Examination CME/CE