PAIN ( NYERI)



Definisi :
International Association for the Study of Pain (IASP), 1986
Pain is An Unpleasant sensory and emotional experience associated with actual or potensial tissue damage or described in terms of such damage.

Anatomi dan fisiologi nyeri

Komponen fisiologi nyeri:
- Nosiseptor
- Gangglion Radiks spinalis & nervus kranialis
- Jaras sensorik , talamus
- Korteks serebri

Nosiseptor :
  • Reseptor nyeri yg merupakan ujung saraf bebas, yg menerima rangsang noksius.Terdapat jutaan nosiseptor tersebar dikulit, tendon, otot, tulang, persendian, membran mukosa, dan organ-organ dalam tubuh.
  • Terdapat ± 1300 bh seluas 1 inch kuadran kulit.
  • Dapat mengenal perbedaan suhu, tekanan , kimiawi dan peradangan. 


Nosiseptif diaktivasi oleh

- termal

- mekanik

- kemikal

Serabut sensorik : tdd 2 jenis serabut aferent

Serabut A-delta :
- ukuran agak besar, diameter 2.0 – 5.0 um
- Axon bermielin
- Velositas : 12 -30 m /detik
-Bertanggung jawab terhadap "fast pain"
Serabut C :
- Ukuran lebih kecil, diameter 1/2 – 1 ¼ um
- axon tidak bermielin
- velositas : ½ - 2 m / detik
- " Slow pain ", bersifat difus, aching, konstan
- Bersifat polimodal, berespon terhadap stimulus mekanis, kimia dan suhu.


Patofisiologi Nyeri

  • Nosiseptor : reseptor nyeri pada ujung saraf yang sensitif thdp stimulus noksius
  • Cedera jaringan, penyakit, inflamasi jaringan produksi bahan algesik : H- ion, K-ion, serotonin, histamin, prostaglandin, bradikin, substansi-P , dll
  • Impuls ® saraf perifer ® kornu dorsalis ®
    spinotalamikus
    ® batang otak ®talamus ®
    korteks serebri

Proses Terjadinya nyeri :

1. Transduksi (deteksi stimulus yg merusak)

2. Transmisi

3. Modulasi

4. Persepsi.


PEMBAGIAN NYERI BERDASARKAN MEKANISME

Nyeri sederhana / fisiologik

Nyeri patologik :
- Nyeri nosiseptif
- Nyeri neuropatik
- Nyeri psikogenik/idiopatik


Nyeri fisiologik

<!--[if !supportLists]-->o Stimuli noksius berlangsung singkat , dan tidak ada kerusakan jaringan.<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->o Stimuli mengaktivasi nosiseptor à mengeluarkan aksi potensial à dijalarkan ke SSA ke SSS, à persepsi NYERI. <!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->o Persepsi nyeri berkorelasi positif dengan intensitas nyeri<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->o Penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup setiap mahluk, à dapat mengaktivasi withdrawal reflex<!--[endif]-->


Nyeri Nosiseptif

<!--[if !supportLists]-->· Nyeri yang timbul oleh berbagai stimuli yang menyebabkan kerusakan atau inflamasi jaringan.<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->· Nyeri timbul sebagai hasil perangsangan ujung saraf aferen nosiseptif yang utuh, yang biasanya bersifat nyeri tumpul,tajam atau perih (äching"), atau gabungan.<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->· Nyeri bervariasi, ringan- berat<!--[endif]-->


Nyeri Neuropatik

<!--[if !supportLists]-->· Nyeri yang didahului / disebabkan oleh lesi atau kerusakan sistem saraf perifer/sistem saraf pusat.<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->· Mengganggu keseimbangan eksitasi dan inhibisi pada sistem saraf pusat oleh karena kematian sel-sel saraf inhibisi di kornu dorsalis.<!--[endif]-->


Nyeri Nosiseptif

<!--[if !supportLists]-->o Rangsangan pada saraf nosiseptif <!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->o Ujung saraf aferen utuh<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->o Nyeri tumpul, tajam,
perih, gabungan
<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->o nyeri somatik, viseral, rujukan,<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->o berespon baik dengan analgesik<!--[endif]-->


Nyeri neuropatik

<!--[if !supportLists]-->o Disfungsi primer sistem saraf<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->o Lesi /cedera pada saraf<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->o Nyeri membakar, menyengat, tembakan , menusuk, alodinia, heperpatia, disestesia<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->o Kausalgia, tumor, neuralgia fantom limb<!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->o Terapi lebih rumit<!--[endif]-->


Nyeri rujukan (referred pain)

Nyeri yang dirasakan ditempat jauh dari tempat rangsang nyeri terjadi; nyeri dirasakan pada permukaan tubuh yang bersifat difus, sering merupakan manifestasi pada perangsangan terhadap organ dalam.

Nyeri radikuler

Nyeri yang menjalar ke kawasan sensorik yang sesuai dengan dermatoma yang diperssarafi oleh radiks yang terkena, karena disebabkan perangsangan terhadap radiks dorsalis yang bersangkutan.

Nyeri superfisial

Nyeri bersifat tajam dan jelas terlokalisir. Nyeri ini timbul akibat perangsangan langsung terhadap alat perasa protopatik pada kulit atau terhadap rangsangan saraf sensorik perifer serta saraf-saraf otak. Misalnya artritis, luka infiltrasi neoplasma, atau proses infeksi.

Nyeri viseral

Nyeri yang timbul akibat perangsangan serabut saraf sensorik yang terletak diberbagai organ dalam, bersifat difus, tidak tajam, sukar ditentukan lokalisasinya, sangat menganggu dan disertai rasa mual, keringatan, dan perubahan tekanan darah, dan kerapkali menyebar atau berpindah ke daerah lainnya.

Neuralgia

Nyeri pada daerah distribusi saraf

Neuritis

Inflamasi pada saraf

Neuropati

Gangguan fungsi atau perubahan patologis pada saraf: pada 1 saraf, mononeuropati; pada beberapa saraf, mononeuropati multipleks; apabila bersifat difus dan bilateral : polineuropati.

Alodinia

Nyeri yang disebabkan oleh stimulus yang secara normal tidak menimbulkan nyeri.

Hiperalgesia

Respon yang berlebihan terhadap stimulus yang secara normal menimbulkan nyeri.

Hiperestesia

Meningkatnya sensitivitas terhadap stimulasi, tidak termasuk didalamnya sensasi khusus (indera lain).

Hiperpatia

Sindroma dengan nyeri bercirikan reaksi abnormal terhadap stimulus, khususnya terhadap stimulus berulang, seperti pada peninggian nilai ambang.

Disestesia

Sensasi abnormal yang tidak menyenangkan, baik bersifat spontan ataupun dengan pencetus.

Parestesia

Sensasi abnormal, baik bersifat spontan maupun dengan pencetus.

Analgesia

Tidak adanya respon nyeri terhadap stimulasi yang dalam keadaan normal menimbulkan nyeri.

Hipoalgesia

Berkurangnya respon nyeri terhadap stimulus yang dalam keadaan normal menimbulkan nyeri.

Anestesia

Hilangnya sensitivitas terhadap stimulus tidak termasuk sensasi khusus (indera lain).

Hipoestesia

Menurunnya sensitivitas terhadap stimulasi, kecuali sensasi khusus (indera lain).

Anestesia dolorosa

Nyeri pada area atau regio yang semestinya bersifat anestetik.

Kausalgia

Sindroma yang timbul pada lesi saraf pasca trauma yang ditandai nyeri seperti terbakar, alodonia, hiperpatia yang menetap, seringkali bercampur dengan disfungsi vasomotor serta sudomotor dan kemudian diikuti oleh gangguan trofik.

Nyeri sentral

Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf pusat.

Nyeri neuropatik perifer.

Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf perifer.

Nosiseptor

Reseptor yang sensitive terhadap stimulus noksius (yang merusak) atau terhadap stimulus yang merusak apabila berkepanjangan.

Stimulus noksius

Stimulus yang menimbulkan kerusakan terhadap jaringan tubuh normal.

Nilai ambang nyeri

Pengalaman nyeri terkecil yang dapat dikenali subjek.

Tingkat toleransi nyeri

Tingkat nyeri terbesar yang mampu ditoleransi subjek.

Titik picu (trigger point)

Titik dalam satu area tertentu pada otot dan/atau fasia-nya yang menimbulkan pola nyeri menjalar yang khas, dapat berupa kesemutan atau tebal (baal) sebagai reaksi terhadap tekanan yang agak lama.

Titik nyeri (tender point)

Nyeri lokal yang timbul pada otot ligamentum, tendo atau jaringan periostial pada penekanan yang agak lama.



Comments

Popular posts from this blog

MEKANISME PROSES DASAR GINJAL

Sleep and you ( Secrets of sleep )

The Basic Geriatric Respiratory Examination CME/CE