DECOMPENSATIO CORDIS


Darryl Virgiawan Tanod, Sked

Pendahuluan

Dekompensasi kordis (DK) atau gagal jantung (GJ) adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat mempertahankan sirkulasi yang adekuat yang ditandai oleh adanya suatu sindroma klinis berupa dispnu ( sesak nafas ), fatik ( saat istirahat atau aktivitas ), dilatasi vena dan edema, yang diakibatkan oleh adanya kelainan struktur atau fungsi jantung.1,2

Insiden penyakit gagal jantung saat ini semakin meningkat. Dimana jenis penyakit gagal jantung yang paling tinggi prevalensinya adalah Congestive Heart Failure (CHF). Di Eropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus per 1000 penduduk yang berusia 25 tahun.3 Sedang pada anak – anak yang menderita kelainan jantung bawaan, komplikasi gagal jantung terjadi 90% sebelum umur 1 tahun, sedangkan sisanya terjadi antara umur 5 – 15 tahun.4

Perlu diketahui, bahwa dekompensasi kordis pada bayi dan anak memiliki segi tersendiri dibandingkan pada orang dewasa, yaitu :

1. Sebagian besar penyebab gagal jantung pada bayi dan anak dapat diobati

( potentially curable ).

2. Dalam mengatasi gagal jantung tidak hanya berhenti sampai gejalanya hilang, melainkan harus diteruskan sampai ditemukan penyebab dasarnya.

3. Setelah ditemukan penyebabnya, bila masih dapat diperbaiki maka harus segera dilakukan perbaikan.

4. Lebih mudah diatasi dan mempunyai prognosis yang lebih baik daripada gagal jantung pada orang dewasa.4

Sementara itu, menurut Aulia Sani, penyakit gagal jantung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data di RS Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus dari penyakit gagal jantung ini pada tahun 1997 adalah 248 kasus, kemudian melaju dengan pesat hingga mencapai puncak pada tahun 2000 dengan 532 kasus. Karena itulah, penanganan sedini mungkin sangat dibutuhkan untuk mencapai angka mortalitas yang minimal terutama pada bayi dan anak-anak.3,4

Etiologi

1. Penyakit jantung bawaan terutama kelainan dengan pirau kiri ke kanan ("L-R shunt") yang besar atau kelainan obstruksi ventrikel kiri maupun kanan.

2. Kelainan jantung didapat, miokarditis, penyakit jantung rematik, endokarditis infektif.

3. Aritmia.

4. Iatrogenik : pasca operasi jantung terbuka (VSD), overload cairan.

5. Non kardiak : tirotoksikosis, fistula arterio-vena sistemik, penyakit paru-paru akut dan kronis, penyakit kolagen atau neuromuskuler.5

Patofisiologi

Belum jelas seluruhnya sehingga masih dilakukan penelitian lebih lanjut. Beberapa mekanisme adaptasi terjadi pada gagal jantung di antaranya adalah :

1. Faktor mekanis berupa hipertrofi dan dilatasi.

2. Faktor biokimia. Terdapat perubahan biokimia; sampai saat ini masih terus diselidiki mengenai produksi energi, penyimpanan dan penggunaanya.

3. Peranan sistem saraf adrenergik.

4. Peranan ginjal.

5. Peranan eritrosit. Terdapat pergeseran pada disosiasi oksigenhemoglobin, seperti tampak juga pada anemia, hipoksia dan yang tinggal di tempat yang tinggi.4

Gejala klinik

Secara hemodinamik, gejala klinis gagal jantung pada bayi dan anak dapat digolongkan dalam 3 golongan, yaitu :

1. Gejala perubahan pada jantung/kerja jantung.

a. Takikardia

b. Kardiomegali

c. Failure to thrive

d. Keringat berlebihan

e. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi akibat menurunnya curah jantung.

2. Gejala kongesti.

a. Takipnu

b. Kesukaran minum

c. Wheezing

d. Kapasitas vital menurun

3. Gejala bendungan sistem vena

a. Hepatomegali

b. Peninggian tekanan vena jugularis

c. Edema4

Diagnosis

Diagnosis gagal jantung dibuat berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan foto torak. Pemeriksaan EKG membantu untuk mendiagnosis etiologi (misalnya disritmia).5

Tanda gagal jantung yang paling sering ditemukan adalah : takikardia, irama gallop, kardiomegali, gagal tumbuh, berkeringat, takipnu, hepatomegali, dan edema palpebra.5

Gagal jantung sendiri merupakan proses progresif, walaupun tidak ada kerusakan baru terjadi pada jantung.6 Dalam mendiagnosa terjadinya dekompensasi kordis atau gagal jantung ini, haruslah berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik/jasmani, elektrokardiografi/foto toraks, ekokardiografi-Doppler dan kateterisasi.2

Namun walaupun demikian beberapa gejala pokok dapat digunakan untuk menentukan diagnosis gagal jantung pada bayi yaitu : takikardia, takipnu, kardiomegali, hepatomegali dan irama derap.4

Beberapa penyakit yang gejalanya menyerupai gagal jantung pada bayi ialah : sindrom gangguan pernapasan, bronkiolitis akut yang berat, fistula trakeo-esofagus, hernia diafragmatika dan lain – lain.4

Penatalaksanaan

Dulu gagal jantung dianggap merupakan akibat dari berkurangnya kontraktilitas dan daya pompa sehingga diperlukan inotropik untuk meningkatkannya dan diuretik serta vasodilator untuk mengurangi beban jantung.2

Sekarang gagal jantung dianggap sebagai remodelling progresif akibat beban/penyakit pada miokard sehingga pencegahan progresivitas dengan penghambat neurohumoral (neurohumoral blocker) seperti ACE-Inhibitor, Angiotensin Receptor-Blocker atau Penyekat Beta diutamakan di samping obat konvensional (diuretika dan digilatis) ditambah dengan terapi yang muncul belakangan ini seperti bedah rekonstruksi ventrikel kiri (LV reconstruction surgery) dan miplasti.2

Penatalaksanaan dari dekompensasi kordis pada dasarnya diberikan hanya untuk menunggu saat terbaik untuk melakukan tindakan bedah pada penderita yang potentially curable. Dasar pengobatan dekompensasi kordis dapat dibagi menjadi :

Non medikamentosa, medikamentosa dan operatif.2,4,10

1. Non medikamentosa.

Dalam pengobatan non medikamentosa yang ditekankan adalah istirahat, dimana kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus dikurangi benar – benar dengan tirah baring ( bed rest ) mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat.

Sering tampak gejala – gejala jantung jauh berkurang hanya dengan istirahat saja. Diet umumnya berupa makanan lunak dengan rendah garam. Jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan. Penderita dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan diberikan sebanyak 80 – 100 ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari.4,10

2. Medikamentosa

Pengobatan dengan cara medikamentosa masih digunakan diuretik oral maupun parenteral yang masih merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung. Sampai edema atau asites hilang (tercapai euvolemik). ACE-inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal. Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah diuretik dan ACE-inhibitor tersebut diberikan.7,8

Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular (fibrilasi atrium atau SVT lainnya) dimana digitalis memiliki mamfaat utama dalam menambah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot.9,12 Jika ketiga obat diatas belum memberikan hasil yang memuaskan. Aldosteron antagonis dipakai untuk memperkuat efek diuretik atau pada pasien dengan hipokalemia, dan ada beberapa studi yang menunjukkan penurunan mortalitas dengan pemberian jenis obat ini.3

Pemakaian obat dengan efek diuretik-vasodilatasi seperti Brain N atriuretic Peptide (Nesiritide) masih dalam penelitian. Pemakaian alat Bantu seperti Cardiac Resychronization Theraphy (CRT) maupun pembedahan, pemasangan ICD (Intra-Cardiac Defibrillator) sebagai alat pencegah mati mendadak pada gagal jantung akibat iskemia maupun non-iskemia dapat memperbaiki status fungsional dan kualitas hidup, namun mahal. Transplantasi sel dan stimulasi regenerasi miokard, masih terkendala dengan masih minimalnya jumlah miokard yang dapat ditumbuhkan untuk mengganti miokard yang rusak dan masih memerlukan penelitian lanjut.

3. Operatif

Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :

  • Revaskularisasi (perkutan, bedah)
  • Operasi katup mitral
  • Aneurismektomi
  • Kardiomioplasti
  • External cardiac support
  • Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular.
  • Implantable cardioverter defibrillators (ICD).
  • Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart.
  • Ultrafiltrasi, hemodialisis.7,8

Mekanisme kerja Dekompensasi kordis

Mekanisme kerja dari dekompensasi kordis atau gagal jantung haruslah dipahami agar pengobatan serta pencegahan dapat dilakukan secara tepat. Pompa yang tidak adekuat dari jantung merupakan dasar terjadinya dekompensasi jantung. "Pompa yang lemah" tidak dapat memenuhi keperluan terus-menerus dari tubuh akan oksigen dan zat nutrisi. Sebagai reaksi dari hal tersebut :

Awalnya dinding jantung merentang untuk menahan lebih banyak darah karena hal ini, maka otot jantung menebal untuk memompa lebih kuat. Sementara itu ginjal menyebabkan tubuh menahan cairan dan sodium. Ini menambah jumlah darah yang beredar melalui jantung dan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kenaikkan yang progresif pada tekanan pengisian sistemik rata-rata dimana tekanan atrium kanan meningkat sampai akhirnya jantung mengalami peregangan yang berlebihan atau menjadi sangat edema sehingga tidak mampu memompa darah yamg sedang sekalipun.11 Tubuh kemudian mencoba untuk berkompensasi dengan melepaskan hormon yang membuat jantung bekerja lebih keras. Dengan berlalunya waktu, mekanisme pengganti ini gagal dan gejala-gejala gagal jantung mulai timbul. Seperti gelang karet yang direntang berlebihan, maka kemampuan jantung untuk merentang dan mengerut kembali akan berkurang. Otot jantung menjadi terentang secara berlebihan dan tidak dapat memompa darah secara efisien.6,7

Prognosis

Pada bayi dan anak lebih baik daripada orang dewasa bila ditolong dengan segera. Hal ini disebabkan oleh karena belum terjadi perburukan pada miokardium.

Ada beberapa faktor yang menentukan prognosa, yaitu :

  • Waktu timbulnya gagal jantung.
  • Timbul serangan akut atau menahun.
  • Derajat beratnya gagal jantung.
  • Penyebab primer.
  • Kelainan atau besarnya jantung yang menetap.
  • Keadaan paru.
  • Cepatnya pertolongan pertama.
  • Respons dan lamanya pemberian digitalisasi.
  • Seringnya gagal jantung kambuh.4

Upaya pencegahan

Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi hal yang diutamakan, terutama pada kelompok dengan risiko tinggi.

· Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard.

· Pengobatan infark jantung segera di triase, serta pencegahan infark ulangan.

· Pengobatan hipertensi yang agresif.

· Koreksi kelainan kongenital serta penyakit katup jantung.

· Memerlukan pembahasan khusus.

· Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang mendasari.4

Ringkasan

Dari pembahasan diatas dapat kita ketahui, bahwa penyakit dekompensasi kordis masih merupakan masalah yang memiliki tingkat mortalitas yang tinggi terutama pada bayi dan anak, jika tidak ditangani dengan baik.

Penanganan dari gagal jantung memerlukan perhitungan serta pertimbangan yang tepat agar tidak memperburuk keadaan jantung dari penderita. Selain itu edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan bagaimana mengenal serta upaya bila timbul keluhan dan dasar pengobatan sangatlah penting terutama bagi orang tua dan keluarga pasien agar dapat membantu memaksimalkan proses penyembuhan dan menurunkan angka mortalitas. Istirahat serta rehabilitasi, pola diet, kontrol asupan garam, air, monitor berat badan adalah cara – cara yang praktis untuk menghambat progresifitas dari penyakit ini. Pada perjalanan jauh dengan pesawat, ketinggian, udara panas dan humiditas memerlukan perhatian khusus. Konseling mengenai obat, baik khasiat maupun efek samping.

Transplantasi jantung sebagai alternatif lain memberikan tingkat kesembuhan yang cukup tinggi, 84% bertahan hidup sampai lima tahun dan 70% bertahan sampai 10 tahun. Hanya kendalanya pada fasilitas yang rumit dan biaya transplantasi yang mahal. Negara-negara tertentu saja yang dapat melakukan transplantasi seperti Jerman dan Amerika Serikat. Negara tetangga kita Malaysia pun telah berhasil melakukan sepuluh transplantasi. Mari kita tunggu terobosan ahli kardiovaskuler Indonesia untuk melakukan transplantasi jantung yang pertama.

Comments

Popular posts from this blog

MEKANISME PROSES DASAR GINJAL

Sleep and you ( Secrets of sleep )

The Basic Geriatric Respiratory Examination CME/CE