HERNIA INGUINALIS DEKSTRA REPONIBILIS

Darryl Virgiawan Tanod


PENDAHULUAN

Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu celah atau lubang keluar di bawah kulit atau menuju ke rongga lain, dapat kongenital ataupun aquisita (didapat)1. Hernia inguinalis lateralis merupakan suatu hernia yang melalui annulus inguinalis yang terletak disebelah vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis eksternus.

Pada hernia, terdapat bagian – bagian yang penting yaitu2 :

  1. Kantung hernia : Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya : hernia incisional, hernia adipose dan hernia intertitialis.
  2. Isi hernia : Berupa organ atau jaringa yang keluar melalui kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa usus.
  3. Pintu hernia : Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui kantong hernia.
  4. Leher hernia/cincin hernia : Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
  5. Locus minoris resistence (LMR) : Merupakan defek/bagian yang lemah dari dinding rongga2.



Sebagian besar hernia timbul dalam regio ingualis sebanyak 75% dengan sekitar 50% dari ini merupakan hernia inguinalis indirek dan 25% sebagai inguinalis direk. Secara umum lebih sering ditemukan pada laki – laki dari pada perempuan dan lebih sering pada sisi kanan dibanding kiri.


ANATOMI KANALIS INGUINALIS

Kanalis inguinalis merupakan suatu saluran intermuskuler yang berjalan miring melalui bagian inferior dinding anterior abdomen, sepanjang 4-5 cm pada orang dewasa yang dimulai dari annulus inguinalis internus sampai annulus inguinalis eksternus. Saluran ini terletak tepat di kranial separuh bagian medial ligamentum inguinal dan berjalan sejajar dengannya3,6.

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia tranversalis dan aponeurosis m. tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus. Atapnya ialah aponeurosis m. obligus eksternus dan di dasarnya ligamentum inguinal4,6.


KLASIFIKASI

Henia diberi nama berdasarkan letak hernia tersebut, umpamanya diafragma, inguinal, umbilikal, femoral. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi menjadi : hernia kongenital (bawaan) dan hernia didapat (akuisita). Berdasarkan sifatnya, hernia dapat dibagi menjadi : hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk (usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk ke perut ) dan jika isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, maka disebut hernia iropenibel (ini disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia5 .

Secara garis besar , pembagian hernia dibagi menjadi 2, yaitu
:

  1. Hernia Eksterna : adalah hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang, atau perineum, contoh : hernia inguinalis, femoralis dan hernia umblikalis, dll4.
  2. Hernia Interna : adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut seperti foramen winslow, resesus retrosekalis atau defek dapatan pada mesenterium umpamanya setelah anastomosis usus. Contoh : hernia diafragmatika.


ETIOLOGI

Terdapat bermacam – macam faktor penyebab dari hernia, secara garis besar dibagi atas :

  1. Kongenital.
    1. Hernia kongenital sempurna : Bayi sudah menderita hernia sejak lahir karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
    2. Hernia kongenital tidak sempurna : Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis)6.
  2. Aquisital (didapat) : Adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
    1. Tekanan intraabdominal yang tinggi : Banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan baik saat BAB maupun BAK. Misalnya pada pasien BPH, batu uretra, konstipasi, penderita batuk kronis, partus, asites, dll.
    2. Konstitusi tubuh : Orang kurus cenderung terkena hernia karena jaringa ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
    3. Banyaknya preperitoneal fat (lemak pada peritoneal) : Banyak terjadi pada orang gemuk.
    4. Distensi dinding abdomen : Karena peningkatan tekanan intrabdominal6.


PATOFISIOLOGI

  1. Peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak perperitoneal ke dalam kanalis femoralis.
  2. Faktor penyebab terjadinya hernia yaitu kelahiran multipara, obesitas, dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
  3. Defek pada dinding abdomen dapat kongential atau didapat dan dibatasi oleh peritoneum.
  4. Isi usus terjebak di dalam kantung menyebabkan inkreasi (ketidakmampuan untuk mengurangi isi) dan kemungkinan strangulasi (terhambatnya aliran darah ke daerah inkarerasi )7.


GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS

Pada umumnya penderita hernia mengeluh adanya benjolan di lipat paha yang dapat sampai ke skrotum pada pria atau ke labia pada wanita. Diagnosis hernia inguinalis dapat ditegakkan berdasarkan atas besar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus. Pada hernia inguinalis diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Benjolan akan membesar jika penderita membungkuk, batuk, mengedan atau mengangkat beban berat4.

Keadaan umum penderita biasanya baik. Pada inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Bila benjolan tidak tampak, pasien disuruh mengedan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri, atau batuk. Bila hernia akan tampak benjolan6.

Palpasi Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funiculus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi, maka tergantung isinya. Mungkin teraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis1.

Pada hernia dapat dilakukan beberapa tes yaitu : Tes invaginasi : dimana penderita disuruh tidur terlentang dan masukkan jari telunjuk dari arah skrotum masuk annulus inguinalis eksternus, lalu penderita disuruh untuk mengedan (+) bila dirasakan adanya penonjolan dan impuls diujung jari. Tes Ziemen : Posisi penderita tidur terlentang, kemudian gunakan 3 jari dan dimasukkan ke tiga tempat sekaligus yaitu : annulus inguinalis eksternus, fosa femoralis dan trigonum hasselbach. Penderita kemudian disuruh mengedan, rasakan di jari mana terdapat impuls. Tumb tes : Posisi penderita tidur terlentang kemudian jempol pemeriksa diletakkan di annulus inguinalis internus, penderita disuruh mengedan lihat apakah terjadi penonjolan atau tidak.


DIAGNOSIS BANDING

  1. Hidrokel testis/funikuli.
  2. Varikokel
  3. Limfadenopati inguinal
  4. Abses inguinal


KOMPLIKASI

Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Hernia yang reponibilis dapat tertahan pada kantong hernia dan menjadi hernia ireponibilis dan bila terjadi perforasi akan menimbulkan abses local, fistel atau bahkan peritonitis2.


PENATALAKSAAN

  1. Terapi konservatif : sambil menunggu untuk dilakukan terapi operatif. Terapi konservatif berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis sedangkan pada hernia inguinalis pemakaiannya tidak dianjurkan karena selain tidak dapat menyembuhkan alat ini dapat melemahkan otot dinding perut.
  • Reposisi : Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara hati-hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunkan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi. Tindakan ini terkadang dilakukan pada hernia irreponibilis apabila pasien takut dioperasi, yaitu dengan cara : bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi penenang valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan Trendelenberg. Jika reposisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.
  • Suntikan : Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk memperkecil pintu hernia.
  • Sabuk Hernia : digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relative kecil7.
  1. Terapi operatif : Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
  • Herniotomi : Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
  • Hernioplasti : Dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis7.


PROGNOSA

Prognosa pada kasus hernia inguinalis reponibilis adalah baik namun bila berkembang menjadi ireponibilis yang memiliki kemungkinan terjadi inkarserata dan strangulasi maka prognosisnya menjadi dubia dan membutuhkan penanganan segera6.



LAPORAN KASUS


I. IDENTITAS

Nama : Tn. TL

Umur : 63 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Suku bangsa : Minahasa / Indonesia

Pekerjaan : Buruh bangunan

Alamat : Mahakeret, kota Manado

Tanggal MRS : 20 Juli 2008


II. ANAMNESA

Keluhan Utama

Benjolan di lipat paha sebelah kanan.

Riwayat penyakit sekarang

Benjolan di lipat paha kanan, dialami penderita sejak kurang lebih 2 tahun sebelum masuk rumah sakit. Benjolan dirasakan penderita keluar masuk. Benjolan keluar dan membesar bila penderita mengangkat beban berat atau berjalan jauh dan benjolan akan masuk kembali bila penderita beristirahat (tiduran). Penderita tidak merasakan nyeri, mual muntah, serta demam.

Frekuensi kencing ± 3 kali sehari, kencing tidak terputus-putus, tidak dirasakan nyeri saat BAK.

BAB dirasakan biasa normal.


III. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat batuk lama (+), sakit jantung (-), darah tinggi (-).


IV. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.


V. RIWAYAT KEADAAN SOSIAL

Menikah dan mempunyai 5 orang anak.

VI. KEBIASAAN PENDERITA

Penderita bekerja sebagai buruh bangunan sehingga sering mengangkat beban yang berat.


VII. PEMERIKSAAN FISIK

  • Keadaan Umum : Cukup
  • Kesadaran : E4V5M6
  • Tanda Vital : Tekanan darah : 110/70 mmhg.

    Nadi : 84 x/menit.

    Respirasi : 22 x/menit

    Suhu rectal : 36,2 oC.

  • Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil bulat isokor kiri =

kanan, refleks cahaya +/+ normal.

  • Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar.
  • Thoraks : Inspeksi : Pergerakan nafas simetris kiri = kanan

    Auskultasi : Suara pernapasan kiri = kanan

    Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan

    Perkusi : Sonor kiri = kanan

  • Abdomen : Inspeksi : Datar

    Auskultasi : Bising usus (+) normal

    Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-)

    Perkusi : Timpani, pekak hepar (+)

  • Inguinalis : Inspeksi : Benjolan (-), warna kulit sama dengan sekitar

    Palpasi : Tes invaginasi : impuls pada ujung jari

    Tes Ziemenn : teraba pulsasi di anulus inferior

  • Tulang belakang : Tak ada kelainan
  • Extremitas : Superior et Inferior : Tak ada kelainan
  • Neurologi : Refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-
  • Rectal Toucher : Tonus sfingther ani cekat, ampula kosong, mukosa licin, prostat

    kesan normal.

  • Sarung tangan : Darah (-), lender (-), feses (-)
  • Genitalia : Tak ada kelainan

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

  • Hb : 14,1 gr%
  • Leukosit : 4800/mm3
  • Trombosit : 188.000/mm3

Radiologi

  • X-rays : Foto Thorax : kronik bronkiolitis

EKG : LAHB


IX. DIAGNOSA SEMENTARA

Hernia inguinalis lateralis dekstra reponibilis.


X. SIKAP

  • Bed rest
  • Pro herniorafi


XI. FOLLOW UP

20 Juli 2008 – 21 Juli 2008

S : Keluar benjolan dilipat paha kanan

O : KU : Cukup Kes : Compos mentis

Tensi 120/80 mmhg, Nadi 84 x/menit, Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,4oC

Regio inguinalis dekstra : terdapat benjolan yang dapat keluar masuk.

A : Hernia inguinalis lateralis dekstra reponibilis

P : Bed rest

Pro herniotomi dengan pemasangan mesh


22 Juli 2008

S : (-)

O : KU : Cukup Kes : Compos mentis

Tensi 120/70 mmhg, Nadi 88 x/menit, Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,2oC

Regio inguinalis dekstra : terdapat benjolan yang dapat keluar masuk.

A : Hernia inguinalis lateralis dekstra reponibilis

P : Bed rest

Pro herniotomi dengan pemasangan mesh

Konsul anestesi untuk dilakukan operasi


23 Juli 2008

S : (-)

O : KU : Cukup Kes : Compos mentis

Tensi 120/80 mmhg, Nadi 80 x/menit, Respirasi 22 x/menit, Suhu 36oC

Regio inguinalis dekstra : terdapat benjolan yang dapat keluar masuk.

A : Hernia inguinalis lateralis dekstra reponibilis

P : Dilakukan herniotomi dengan pemasangan mesh


Laporan operasi.

  • Penderita tidur terlentang diatas meja operasi
  • Dilakukan general anestesi
  • Dilakukan asepsis dan antisepsis lapangan operasi dengan povidon iodine
  • Dilakukan insisi sejajar ligamentum inguinal, diperdalam sampai tampak apponeurosis
  • Identifikasi nervus inguinalis dan genitofemoral, disisihkan
  • Apponeurosis MOE dibuka
  • Identifikasi kantong hernia, dibuka keluar cairan serous ± 20 cc, isi omentum
  • Omentum dikembalikan kerongga abdomen
  • Kantong hernia diligasi kemudian dipotong secara intoto
  • Identifikasi funiculus spermatikus
  • Pasang mesh dengan jahitan pada tuberculum pubicum, ligamentum inguinal dan conkoin tendon
  • Kontrol perdarahan
  • Luks operasi dijahit lapis demi lapis
  • Operasi selesai


Instruksi post operasi.

  • IVFD RL : D5% = 2 : 2 → 28 gtt/menit
  • Interome 2 dd 1 gr → i.v
  • Metronidazole 3 dd 1 → drips
  • Ranitidin 3 dd 1 amp → i.v
  • Ketorolac 3% drips dalam D5 100 cc/8 jam
  • Puasa bila Bu (+) dan penderita sadar betul boleh minum sedikit demi sedikit


24 Juli 2008 – 25 Juli 2008

S : Nyeri luka bekas operasi (+)

O : KU : Cukup Kes : Compos mentis

Tensi 110/70 mmhg, Nadi 84 x/menit, Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,6oC

Abdomen : Datar lemas, bising usus (+), defence muscular (-), nyeri tekan pada bekas operasi (+).

A : Post herniotomi dengan pemasangan mesh hari I - II

P : IVFD RL : D5% = 2 : 2 → 28 gtt/menit

Interome 2 dd 1 gr → i.v

Metronidazole 3 dd 1 → drips

Ranitidin 3 dd 1 amp → i.v

Ketorolac 3% drips dalam D5 100 cc/8 jam

Diet makana lunak

Mobilisasi ( miring kanan/kiri )


26 Juli 2008 – 27 Juli 2008

S : Nyeri pada luka bekas operasi mulai berkurang

O : KU : Cukup Kes : Compos mentis

Tensi 110/70 mmhg, Nadi 80 x/menit, Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,3oC

Abdomen : Datar lemas, bising usus (+), defense muscular (-), nyeri tekan pada bekas operasi (+).

Regio inguinalis : luka bekas operasi terawatt baik.

A : Post herniotomi dengan pemasangan mesh hari III – IV

P : Aff infus, lanjut terapi oral

Cefixime 2 dd 1 caps

Ultracet 2 dd 1

Kalmex 3 dd 1

Mobilisasi


28 Juli 2008 – 29 Juli 2008

S : Nyeri pada luka bekas operasi berkurang

O : KU : Cukup Kes : Compos mentis

Tensi 110/70 mmhg, Nadi 88 x/menit, Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,3oC

Abdomen : Datar lemas, bising usus (+), defense muscular (-), nyeri tekan pada bekas operasi (+).

Regio inguinalis : luka bekas operasi terawat baik, pus (-).

A : Post herniotomi dengan pemasangan mesh hari V – VI

P : Cefixime 2 dd 1 caps

Ultracet 2 dd 1

Kalmex 3 dd 1

Mobilisasi


30 Juli 2008 – 31 Juli 2008

S : Nyeri pada luka bekas operasi berkurang

O : KU : Cukup Kes : Compos mentis

Tensi 110/70 mmhg, Nadi 88 x/menit, Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,3oC

Abdomen : Datar lemas, bising usus (+), defense muscular (-), nyeri tekan pada bekas operasi (+).

Regio inguinalis : luka bekas operasi terawat baik, pus (-).

A : Post herniotomi dengan pemasangan mesh hari VII – VIII

P : Cefixime 2 dd 1 caps

Ultracet 2 dd 1

Kalmex 3 dd 1

Mobilisasi


01 Agustus 2008

S : (-)

O : KU : Cukup Kes : Compos mentis

Tensi 110/70 mmhg, Nadi 84 x/menit, Respirasi 22 x/menit, Suhu 36,3oC

Abdomen : Datar lemas, bising usus (+), defense muscular (-), nyeri tekan pada bekas operasi (+).

Regio inguinalis : luka bekas operasi terawat baik, pus (-).

A : Post herniotomi dengan pemasangan mesh hari IX

P : Cespam 2 dd 100 mg

Metronidazole 3 dd 500 mg

Pasien dipulangkan

Kontrol poli jika obat habis


DISKUSI


Diagnosis untuk hernia inguinalis lateralis dekstra reponibilis pada kasus ini ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan bahwa benjolan dilipat paha kanan dialami pasien ± 2 tahun sebelum masuk rumah sakit dan bersifat keluar masuk. Benjolan keluar terutama ketika penderita mengangkat beban berat atau berjalan jauh. Benjolan yang bersifat keluar masuk dilipat paha merupakan tanda adanya hernia inguinalis. Pada anamnesis juga didapatkan setelah benjolan keluar penderita tidak merasakan nyeri, tidak ada demam, mual dan muntah juga benjolan dapat masuk kembali jika penderita beristirahat ( tiduran ), sehinga menyingkirkan telah terjadi inkarserata atau strangulasi.

Mengangkat beban berat, batuk dan mengedan merupakan contoh kegiatan yang meningkatkan tekanan intraabdominal. Bila terjadi peningkatan tekanan abdominal, isi peritoneum akan terdorong atau terdesak keluar kebagian terlemah dari dinding peritoneum dalam hal ini adalah kanalis inguinalis. Pada saat beristirahat, tekanan intraabdominal menurun dan bila annulus internum cukup lebar atau elastik, isi usus dapat kembali masuk ke rongga peritoneum. Dengan demikian benjolan akan menghilang kebali atau disebut reponibel.

Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya benjolan dan warna kulit sama dengan sekitar. Hal ini disebabkan karena benjolan telah masuk kembali. Pada
tes invaginasi didapati impuls pada ujung jari. Pada Ziemen test didapati pulsasi pada annulus internus.

Adanya benjolan menunjukkan hernia inguinalis lateralis karena bentuk kanalis inguinalis yang memanjang. Pada hernia inguinalis medialis, benjolan bentuk bulat karena isi hernia keluar dari trigonum hasselbach. Warna kulit yang sama dengan sekitar dan tidak adanya nyeri tekan menyingkirkan adanya tanda – tanda infeksi atau tanda strangulate, sedangkan konsistensi benjolan yang lunak dengan batas atas yang tidak jelas menunjukkan isi kantong yang kemungkinan adalah usus dan menyingkirkan kemungkinan isi kantong adalah cairan.

Tes invaginasi menunjukkan lokasi keluarnya isi hernia. Pada hernia inguinalis lateralis, isi kantong keluar dari annulus internus sehingga bila jari dimasukkan kedalam kanalis inguinalis dan penderita disuruh mengedan, maka benjolan akan terasa menyentuh ujung jari ( tahanan dari depan ). Bila lokasi keluar hernia dari trigonum hasselbach, benjolan akan terasa menyentuh sisi jari. Dengan tes oklusi yaitu satu jari di annulus internus akan teraba adanya pulsasi di posisi tersebut.

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan tes dianfanoskopi. Pada hernia tes ini memberikan kesan gelap atau menunjukkan bahwa isi kantong adalah bentuk padat yang menunjuk pada usus bukan cairan.

Etiologi pada kasus ini diduga karena berkurangnya kekuatan otot dinding perut karena usia penderita yang sudah mencapai 63 tahun. Kemungkinan kelemahan otot dinding perut biasanya merupakan penyebab kendurnya annulus internus.

Penanganan hernia inguinalis yang paling rasional adalah tindakan oeratif. Dengan demikian pada kasus ini penanganan yang dipilih adalah operatif dengan herniotomi dan pemasangan mesh. Dipilih herniotomi dengan pemasangan mesh karena teknik ini jarang residif terutama menyangkut faktor usia.

Kasus hernia inguinalis yang reponibel umumnya tidak disertai dengan komplikasi yang cukup berat karena isi hernia masih dapat mesuk kembali dan tidak terjadi gangguan pasase usus atau gangguan vaskularisasi. Walaupun demikian, jika hernia tidak dionati maka kemungkinan hernia reponibilis akan berkembang menjadi hernia ireponibilis, inkarserata sampai strangulate yang banyak komplikasinya seperti abses fokal, fistel atau bahkan peritonitis dan membutuhkan tindakaoperasi segera. Kemungkinan untuk terjadi rekuren 1- 3%.

Prognosis pada kasus hernia inguinalis lateralis reponibilis adalah baik jika ditangani secara tepat dan cepat.


DAFTAR PUSTAKA


  1. Anonymous. 2008. Hernia. http://www.medicineandlinux.blogspot.com/. Diakses pada tanggal

    10 Agustus 2008.


  2. Anonymous. 2008. Hernia. http://www.hschan.com/. Diakses pada 10 Agustus 2008.


  1. Anonymous. 2008. Perawatan pra-operasi hernia inguinalis lateralis pada seorang

penderita sirosis hati. http://www.yahoohealth.com/. Diakses pada tanggal 12 Agustus 2008.


  1. Sjamsuhidajat, Wim de jong. 2005. Hernia Inguinalis. Buku ajar Ilmu Bedah. EGC.

    Jakarta. Hal 528-29.


  1. Nurcahyo. 2007. Hernia Inguinalis. http://www.indonesiaindonesia.com/. Diakses pada tanggal

    12 Agustus 2008.


  1. Anonymous. 2007. Clinical anatomy of inguinal canal. www.yahoohealth.com. Diakses

    pada tanggal 12 Agustus 2008.


  1. Anonymous. Inginal Hernia. www.healthinfo/inguinalhernia.htm. Diakses pada tanggal

12 Agustus 2008.

Comments

Popular posts from this blog

MEKANISME PROSES DASAR GINJAL

Sleep and you ( Secrets of sleep )

The Basic Geriatric Respiratory Examination CME/CE