ROTAVIRUS DIARRHEA (MEKANISME TERJADINYA DIARE YANG DISEBABKAN OLEH ROTAVIRUS)

Darryl Virgiawan Tanod, Sked

Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Rotavirus merupakan 50% penyebab diare pada anak balita di Negara maju. Di negara berkembang seperti Brazil dan Indonesia angkanya berkisar 30% – 40% (tahun 1970an).(1)

Rotavirus adalah virus dengan ukuran 100 nanometer yang berbentuk roda yang termasuk dalam family Reoviridae. Virus ini terdiri dari grup A, B, C, D, E dan F. grup A sering menyerang bayi dan grup B jarang menyerang bayi. Terdapat empat serotipe major dan paling sedikit 10 serotipe minor dari rotavirus grup A pada manusia. Pembagian serotipe ini didasarkan pada perbedaan antigen pada protein virus 7 (VP7). Virus ini terdiri dari tiga lapisan yaitu kapsid luar, kapsid dalam dan inti. Rota virus terdiri dari 11 segmen, setiap segmen mengandung RNA rantai ganda, yang mana setiap kode untuk enam protein struktur ( VP1, VP2, VP3, VP4, VP6, VP7 ) dan lima protein nonstruktur (NSP1, NSP2, NSP3, NSP4, NSP 5). Dua struktur protein yaitu VP7 yang terdiri dari protein G dan glikoprotein dan VP4 yang terdiri dari protein P dan protease pembelahan protein, merupakan protein yang melapisi bagian luar dari virus dan merupakan pertimbangan yang penting untuk membuat vaksin dari rotavirus. Protein pembuat kapsid bagian dalam paling banyak adalah VP6, dan sangat mudah ditemukan dalam pemeriksaan antigen, sedangkan protein nonstruktur kapsid bagian dalam adalah NSP4 yang merupakan sebagai faktor virulensi dari rotavirus, meskipun protein lain juga terlibat dalam mempengaruhi virulensi dari rotavirus.(2)

Rotavirus menyerang dan memasuki sel enterosit yang matang pada ujung vili usus kecil. Virus ini menyebabkan perubahan pada struktur dari mukosa usus kecil, berupa pemendekan villi dan terdapatnya infiltrat sel-sel radang mononuklear pada lamina propria. Kelainan morfologis ini dapat minimal, dan hasil penelitian baru menunjukan bahwa infeksi rotavirus tanpa kerusakan sel epitel dari usus halus. Rotavirus menempel dan masuk dalam sel epitel tanpa kematian sel yang dapat menimbulkan diare. Sel epitel yang dimasuki oleh virus mensintesis dan mensekresi sitokin dan kemokin, yang mana langsung menimbulkan respon imun dari penderita dalam bentuk perubahan morfologi dan fungsi sel epitel. Peneletian baru juga mengatakan diare terjadi pada infeksi rotavirus karena adanya protein nonstruktural dari virus yang mirip dengan enterotoksin yang menyebabkan sekresi aktif dari klorida melalui peningkatan kosentrasi kalsium intra sel(2).

Infeksi rotavirus khas mulai sesudah masa inkubasi kurang dari 48 jam dengan demam ringan sampai sedang dan muntah yang disertai dengan mulainya tinja cair yang sering. Muntah dan demam khas mereda selama hari kedua sakit, tapi diare sering berlanjut selama 5-7 hari. Tinja tanpa sel darah merah atau darah putih yang nyata. Dehidrasi mungkin terjadi dan memburuk dengan cepat, terutama pada bayi. Walaupun kebanyakan neonatus yang terinfeksi dengan rotavirus tidak bergejala (3).

Dalam pandangan klinis infeksi rotavirus terus berkembang dari diare ringan sampai diare berat yang mengakibatkan dehidrasi, kekurangan elektrolit, shock dan kematian pada bayi dan anak-anak. Pada anak berumur diatas tiga bulan akan menimbulkan gastroenteritis, ketika terjadi reinfeksi akan gejalanya tidak muncul (asimptomatik). Masa inkubasi dari rotavirus adalah 1-3 hari. Dengan serangan tiba-tiba dan memberikan gejala demam, muntah dan diare berair (watery diarrhoea). Gejala gastrointestinal akan hilang setelah 3-7 hari, tetapi penyembuhan infeksi rotavirus mungkin bisa sampai 2-3 minggu (4).

Berdasarkan penelitian dari Virdayanti 2002, didapatkan bahwa angka kejadian diare akibat Rotavirus adalah merata sepanjang tahun sedangkan diare yang non Rotavirus angka kejadiannya tergantung dari adanya perubahan musim. Hal ini membuktikan bahwa faktor dalam tubuh individu sangat berpengaruh didalam terjadinya infeksi Rotavirus. Dalam hal ini faktor imunitas seseorang menjadi salah satu penentu terjadinya infeksi ini. Dimana seseorang dengan imunitas yang rendah memiliki kemungkinan terbesar untuk mendafat infeksi Rotavirus.(1)

Anamnesis sangat penting untuk menegakkan diagnosis dari diare oleh karena infeksi virus khususnya rotavirus. Dari anamnesis dapat diketahui onset, frekuensi dari diare, durasi, volume, apakah diare berair (watery diarrhea), diare berdarah atau berlemak. Dalam melakukan anamnesis pada pasien diare harus lebih fokus pada beratnya diare dan dehidrasi. Intake sangat perlu ditanyakan, jumlah buang air kecil, kehilangan berat badan. riwayat makanan.(5)

Untuk menegakkan diagnosis dari diare akut karena infeksi rotavirus diperlukan pemeriksaan feses dengan metode rapid antigen tests, salah satunya dengan enzyme immunoassay (EIA) dengan sensitivitas dan spesifik lebih dari 98 % atau latex agglutination test yang kurang sensitif dibanding EIA. Antibodi anti rotavirus yaitu imunoglobulin A dan M diekresikan difeses setelah hari pertama terinfeksi rotavirus. Tes antibodi masih positif sampai 10 hari setelah infeksi pertama dan dapat lebih lama lagi jika terjadi infeksi berulang. Oleh karena itu pemeriksaan tes antibodi dapat digunakan untuk mendiagnosa rotavirus.(5)

Anak yang terinfeksi rotavirus biasanya mendapatkan terapi suportif untuk menghilangkan gejala dan komplikasi. Contoh, terjadinya dehidrasi yang merupakan komplikasi paling potensial dari infeksi rotavirus, keadaan ini sering ditangani dengan terapi redidrasi oral. Pada kasus-kasus berat yang diikuti oleh adanya muntah, terapi oral sulit dilakukan dan ini memberikan indikasi untuk dilakukan pemberian cairan intravena serta perawatan di rumah sakit Tujuan utama terapi adalah mencegah dehidrasi (rumatan), mengkoreksi kekurangan cairan elektrolit secara cepat dan mencegah gangguan nutrisi (6).

Sampai sekarang pun belum ditemukan obat yang mampu untuk membunuh Rotavirus, sehingga metode pengobatan yang digunakan adalah pengobatan suportif, dimana sistem imun tubuh yang berperan utama didalam proses penyembuhan.

Salah satu dari pengobatan suportif yang saat ini mulai banyak digunakan adalah penggunaan probiotik (Lactic acid bacteria) yaitu bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak terdapat tempat lagi untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri pada sel epitel usus sehingga kolonisasi bakteri patogen tidak terjadi. Bakteri baik yang termasuk ke dalam kelompok ini seperti Bifidobacterium, Eubacterium, dan Lactobacillus. Dengan mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai sebagai cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotic associated diarrhea) (7,8).

Mikroekologi yang rusak oleh karena pemakaian antibotika dapat dinormalisir kembali dengan pemberian bakteri probiotik. Mekanisme kerja bakteri probiotik dalam meregulasi kekacauan atau gangguan keseimbangan mikrobiota komensal melalui 2 model kerja rekolonisasi bakteri probiotik dan peningkatan respon imun dari sistem imun mukosa untuk menjamin terutama sistem imun humoral lokal mukosa yang adekuat yang dapat menetralisasi bakteri patogen yang berada dalam lumen usus yang fungsi ini dilakukan oleh secretory IgA (SIgA) (9).

Terdapat banyak laporan tentang penggunaan tatalaksana diare akut pada anak. Isolauri dan kawan-kawan meneliti 71 anak yang dirawat dengan diare akut. Pasien secara acak diberikan probiotik (Lactobacillus GG), atau lactobacillus GG diberikan sebagai bubuk kering, atau diberikan yogurt yang telah dipasteurisasi sebagai plasebo. Lam diare berkurang dari 2,4 pada kelompok plasebo menjadi 1,4 hari pada kelompok yang disuplementasi. Pada penelitian ini ditemukan juga bahwa 82% diare disebabkan oleh rotavirus, ternyata reduksi lamanya diare lebih nyata bila yang dianalisis hanya kasus diare yang disebabkan oleh rotavirus (10).

Mekanisme efek probiotik pada diare

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Perubahan lingkungan mikro lumen usus (Ph, Oksigen)

Produksi bahan antimikroba terhadap beberapa patogen

Komposisi nutrien

Mencegah adhesi patogen pada enterosit

Modifikasi toksin atau reseptor toksin

Efek tropik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient

Imunomodulasi

Saat ini pencegahan terhadap infeksi Rotavirus sudah banyak digunakan terutama di Negara – Negara maju. Untuk mencegah diare akibat rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus peroral yaitu. Tetravalent-Rhesus based rotavirus vaccine (RRV-TV) yang telah diizinkan digunakan untuk bayi di Amerika Serikat. Vaksin ini sebaiknya diberikan pada usia 6 minggu – 1 tahun. Jadwal yang disarankan adalah 3 dosis berurutan pada usia 2,4 dan 6 bulan. Pemberian imunisasi rutin dengan vaksin tersebut akan menurunkan jumlah pasien diare yang dirawat akibat rotavirus secara bermakna. Imunisasi ini di Amerika Serikat dan Filipina telah diwajibkan, sementara itu di Indonesia vaksinasi rotavirus belum ada, tetapi vaksin rotavirus keluaran MERK dan GSK sedang menunggu proses izin dari Badan POM. Vaksin diberikan 2-3 kali pada bayi usia 6-8 minggu. Harganya memang masih mahal.

Perilaku hidup bersih dan sehat mencegah penularan penyakit melalui fekal-oral tidak efektif dalam mencegah penularan virus ini, oleh karena virus dapat hidup untuk jangka lama pada permukaan yang keras, pada air terkontaminasi dan di tangan. Rotavirus relatif kebal terhadap disinfektan yang umum digunakan tetapi dapat diinaktivasi dengan klorin.

Di tempat-tempat penitipan anak, mengenakan baju yang dapat menutup seluruh bagian tubuh bayi termasuk menutup popok bayi, diketahui dapat menurunkan angka penularan infeksi.

Mencegah terjadinya pemajanan dari bayi dan anak kecil dengan orang yang menderita diare akut di dalam lingkungan keluarga dan intitusi (11).

Infeksi rotavirus bersifat self-limited disease yang terjadi setelah 3-9 hari gejala muncul. Namun pada kasus ini dapat terjadi dehidrasi berat yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Dengan rehidrasi yang tepat akan dapat mencegah komplikasi yang serius (8,12).

Comments

Popular posts from this blog

MEKANISME PROSES DASAR GINJAL

Sleep and you ( Secrets of sleep )

The Basic Geriatric Respiratory Examination CME/CE